Kinerja PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mengalami penurunan sepanjang enam bulan pertama 2023. Emiten yang bergerak di sektor tambang minyak dan gas ini membukukan laba bersih US$ 119,46 juta. Realisasi ini menurun 60,58% dari realisasi laba bersih di periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 303,05 juta.
Turunnya harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) komoditas andalan MEDC, yakni minyak dan gas menjadi salah satu pemicunya. MEDC mencatatkan harga rata-rata minyak sebesar US$ 75,2 per barel, turun sebesar US$ 29,1 per barel dibandingkan dengan ASP di periode yang sama tahun 2022 sebesar US$ 104,4 per barel.
Sementara untuk gas, MEDC mencatatkan harga jual rata-rata tertimbang gas US$ 7,2 per million british Thermal Unit (mmbtu), turun dari ASP di periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 7,7 per mmbtu.
Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai, kinerja MEDC di paruh kedua 2023 berpeluang membaik. Membaiknya kinerja MEDC seiring dengan kenaikan harga minyak yang cukup masif karena pengetatan produksi minyak dari OPEC+.
Namun, patut dicermati bahwa tingginya harga minyak mentah dapat mendorong inflasi, sehingga menjadikan beberapa bank sentral mempertahankan atau bahkan menaikkan tingkat suku bunga yang saat ini sudah relatif tinggi.
“Ini dapat menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi yang implikasinya berdampak pada permintaan minyak,” kata Felix kepada Kontan.co.id, Selasa (3/10).
Dalam riset tertanggal 14 September 2023, Analis Samuel Sekuritas Indonesia Muhammad Farras Farhan cukup optimistis terhadap prospek bisnis minyak dan gas (migas) serta ketenagalistrikan yang dijalankan MEDC.
Mengingat kemungkinan pengurangan pasokan lebih lanjut dari OPEC+ dan penurunan persediaan minyak Amerika Serikat (AS), Farras menaikkan asumsi harga minyak untuk tahun 2023 menjadi US$ 85 per barel. Dia memperkirakan laba bersih MEDC di 2023 sebesar US$ 348 juta, terutama didorong lonjakan harga komoditas dan potensi peningkatan pasokan listrik.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan berekspektasi kinerja MEDC akan membaik di kuartal III-2023. Sebab, anak usaha MEDC yakni PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) telah menerima perpanjangan izin ekspor sebanyak 900.000 ton, sehingga AMMN bisa melanjutkan aktivitas ekspor konsentratnya.
Sebelumnya, terjadi penundaan penjualan tembaga dan emas selama empat bulan pada periode semester I-2023, karena berakhirnya izin ekspor anak usaha AMMN, yakni Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) pada Maret 2023. Hal ini membuat porsi laba bersih MEDC yang berasal dari AMNN menyusut.
Pada tanggal 24 Juli 2023, AMMAN mendapatkan izin ekspor yang diterbitkan oleh Kementerian Perdagangan RI untuk mengekspor konsentrat. Izin ekspor konsentrat yang berlaku mulai 24 Juli 2023 hingga 31 Mei 2024.
Samuel Sekuritas mempertahankan sikap bullish terhadap saham MEDC. Dus, Farras merekomendasikan buy saham MEDC dengan target harga 2.200.
Sementara Felix masih meninjau ulang rekomendasi saham MEDC seiring dengan harga saham MEDC yang sudah overpriced. Adapun rekomendasi saham MEDC sebelumnya yakni buy dengan target harga Rp 1.315.
”Namun karena sudah lewat (target harga) jadi kami masih under review dulu,” kata Felix.
Pada Selasa (3/10), saham MEDC ditutup melemah 3,21% ke level Rp 1.510 per saham.
Sumber: kontan.co.id
Komentar
Posting Komentar