Nilai tukar rupiah berpotensi lanjut melemah pada perdagangan hari ini (24/10). Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, sentimen domestik dan eksternal bakal memengaruhi pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Dari dalam negeri, sentimennya berasal dari tren rupiah yang terdepresiasi sejak kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6%.
"Sementara dari eksternal berupa berlanjutnya sentimen risk-off di pasar global yang ditandai dengan kenaikan indeks dolar AS dan yield US Treasury," kata Fikri saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (23/10).
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menambahkan, investor saat ini menantikan laporan produk domestik bruto (PDB) AS untuk kuartal ketiga 2023 dan angka pengeluaran konsumsi pribadi terbaru minggu ini. Data tersebut diperlukan untuk melihat prospek lebih lanjut terkait kebijakan The Fed.
Baca Juga: Turun 4 Hari Beruntun, Rupiah Sentuh Rekor Pelemahan Terdalam Rp 15.934
Sebelumnya, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa inflasi masih terlalu tinggi dan pengaturan moneter saat ini belum terlalu ketat. "Namun, pasar memperkirakan bank sentral akan mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan FOMC Oktober 2023 minggu depan," ucap Sutopo.
Fikri memprediksi, rupiah berpotensi melemah dengan kisaran Rp 15.871-Rp 16.071 per dolar AS pada Selasa (24/10). Sementara Sutopo memperkirakan, rupiah akan menyasar Rp 16.000 sebagai angka psikologis, dengan rentang pergerakan di Rp 15.900-Rp 16.000 per dolar AS.
Sebagai informasi, berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah 0,38% ke level Rp 15.934 per dolar AS pada perdagangan Senin (23/10). Menurut kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah berada di angka Rp 15.943 melemah dari Rp 15.856 pada hari perdagangan sebelumnya.
Sumber: kontan.co.id
Komentar
Posting Komentar