Suara.com - Harga Bitcoin yang terus turun jadi sorotan. Kripto dengan pasar terbesar itu kini masih berkutat di harga berkisar US$20.000 usai pertemuan tahunan The Fed.
Cointelegrapsh dalam laporannya menyebut, Ketua The Fed yang menyinggung hawkish membuat sentimen positif pada dolar AS (DXY).
Jika ini terus berlanjut, The Fed bukan tidak mungkin akan terus menaikkan suku bunga pada rapat FOMC mendatang. Hal ini akan membuat nilai Bitcoin dan sejumlah kripto lainnya terus turun.
Padahal, melansir dari Blockchain Media, DXY mungkin akan terus memperlihatkan penguatan hingga akhir tahun 2023 nanti.
Namun demikian, kenaikan nilai dolar tentu menguntungkan AS, karena bisa menekan biaya impor dalam rangka menekan inflasi domestik hingga 2 persen sesuai target bank sentral.
Harga Bitcoin langsung terjun usai Powell menyampaikan pidatonya pada 26 Agustus lalu, dari kisaran US$21.852 (26 Agustus 2022 pukul 20.03 WIB), menjadi US$19.950 (27 Agustus 2022, pukul 12.14 WIB).
“Selain itu, kemungkinan besar akan ada beberapa pelunakan kondisi untuk pasar tenaga kerja. Sementara tingkat suku bunga yang lebih tinggi, pertumbuhan yang lebih lambat dan kondisi pasar tenaga kerja yang lebih lemah akan menurunkan inflasi. Hal itu juga akan membawa penderitaan bagi rumah tangga dan bisnis. Ini adalah biaya yang tidak menguntungkan dari [upaya] mengurangi inflasi. Tetapi kegagalan untuk memulihkan stabilitas harga akan mengarah ke penderitaan yang jauh lebih besar,” ujar Powell dalam pidato di simposium Jackson Hole.
Dalam kesempatan yang sama, pengetatan kuantitatif mungkin akan diberlakukan sementara waktu. Hal ini kemungkinan besar mendorong aksi jual ekstrem di aset berisiko seperti saham dan kripto, termasuk menjawab mengapa harga Bitcoin terus turun.
Sumber: Suara.com
Komentar
Posting Komentar