Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengaku heran dengan jumlah kematian akibat virus Corona atau COVID-19 di Indonesia tak lebih dari 500 orang. Koordinator tim respons COVID-19 Universitas Gadjah Mada (UGM), dr Riris Andono Ahmad menilai ini terjadi karena kapasitas diagnosis di Indonesia rendah. BEST PROFIT
"Dalam artian begini, bahwa kalau kita tidak tahu seberapa besar sebenarnya yang terinfeksi, karena kita kapasitasnya (diagnosis) cukup rendah. Maka kita tidak tahu berapa banyak yang sakit itu yang didiagnosis COVID-19 mati," kata pria yang akrab disapa dr Donnie itu saat dihubungi detikcom, Rabu (15/4/2020). PT BESTPROFIT
"Bisa jadi misalnya banyak kasus yang mati itu masih sebagai PDP, ODP atau lainnya karena kita tidak mendiagnosisnya sebagai COVID-19, itu satu hal," lanjutnya. BEST PROFIT
dr Donie menyebut kondisi tersebut ditambah dengan ketersediaan alat tes virus Corona yang terbatas. Kemudian Indonesia belum memiliki industri diagnosis yang kuat. PT BEST PROFIT
"Kapasitas diagnosis kita masih rendah, lalu ketersediaan tes sangat terbatas dan banyak negara berebutan. Apalagi kita bukan negara yang punya industri diagnosis yang kuat dan negara yang punya industri alat diagnosis tentu mengutamakan kepentingan dalam negerinya dulu," katanya. PT BESTPROFIT FUTURES
Sumber : detik
Komentar
Posting Komentar